DIBANTU PETARMINA, KINI SMKN 3 MEMILIKI IPAL

MALANG - Inovasi dalam gerakan cinta lingkungan dilakukan SMKN 3 Malang. Sekolah kejuruan bidang pariwisata tersebut kini memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dibangun dengan bantuan PT Pertamina. Keberadaan IPAL ini sangat dibutuhkan sekolah ini sebab ada banyak unit produksi yang setiap hari menghasilkan limbah cair. ”Setiap hari produksi limbah SMKN 3 ini bisa mencapai 2000 liter yang dihasilkan oleh sejumlah unit produksi milik sekolah,” ungkap Tim Adiwiyata SMKN 3, Sri Endang Hidayati kepada Malang Post. Unit produksi SMKN 3 yang paling banyak menghasilkan limbah kimiawi adalah salon dan laundry. Air cucian untuk shampo dan pembersih muka di salon mengandung bahan kimiawi yang berbahaya jika sampai mengalir ke sungai. Selain itu air cucian laundry juga mengandung busa detergen yang mencemari lingkungan. Unit produksi lainnya yang juga berpotensi menghasilkan limbah di antaranya adalah cafe, hotel pendidikan, dan restoran. Belum lagi tempat praktik siswa yang juga selalu menghasilkan air limbah. Beruntungnya keinginan sekolah untuk mengolah limbah ini mendapatkan sambutan positif dari PT Pertamina. Melalui program corporate social responsibility Pertamina mengucurkan Rp 50 Juta untuk pembangunan IPAL SMKN 3. ”Kepala sekolah, Ibu Aksihari yang merekomendasikan Pertamina, dan ternyata proposal kami cepat direspon,” bebernya. Keberadaan IPAl ini selain sangat dibutuhkan untuk pengolahan limbah di sekolah, juga bisa menjadi media pembelajaran bagi siswa. Ia berharap proses pembangunan IPAL di SMKN 3 bisa rampung Desember mendatang. Saat ini bak untuk penyaringan juga sudah selesai dibangun di halaman sekolah. Kepala SMKN 3 Malang, Dra Aksihari M.Pd adalah sosok yang sangat mengunggulkan pendidikan karakter. Baginya yang terpenting dari pendidikan karakter di sekolah adalah merubah mindset guru dan siswanya menjadi pribadi berkarakter. Karena itu sejumlah kegiatan pun diprogramkan untuk mewujudkannya. ”Pendidikan ini saat ini sedang fokus dalam mengembangkan pendidikan karakter. Salah satu bagiannya adalah cinta terhadap lingkungan. Karena itu saya berharap bisa mengajak seluruh warga sekolah agar cinta terhadap lingkungan,” ungkapnya.(lailatul rosida/eno)
sumber : di sini

SUKSES MODIFIKASI LIMBAH BROKAT dan KEBAYA BEKAS



SMKN 3 Kota Malang tak henti-hentinya mengukir prestasi. Kali ini dipersembahkan oleh salah satu siswinya, Masita Turrahmah yang meraih juara I dalam ajang lomba tingkat propinsi Jawara SMK (Kejuaraan Siswa Berkarya) yang digelar di Batu 18-19 Oktober. Prestasi tersebut diraih Masita berkat kreatifitasnya memodifikasi limbah brokat dengan teknik teksmo.
Kebaya lama yang tak terpakai atau kain perca brocat biasanya tak dimanfaatkan lagi. Namun di tangan Masita, barang-barang yang sudah menjadi limbah tersebut disulap menjadi baju bernilai tinggi.  Secara kasat mata, orang pasti tak akan menyangka bahwa bahan yang dipakai adalah limbah.
“Saya memang senang membuat baju yang unik karena penuh dengan tantangan dibandingkan dengan baju model biasa,” terang siswi kelas XII program keahlian busana ini.Ia menuturkan, tak hanya model baju bagus saja yang bisa mengantarkannya sebagai juara. Namun juga konsep kewirausahaan dan kemampuan akademik. Jika ditinjau dari segi kewirausahaan, baju daur ulang ini menurutnya sangat prospektif terutama untuk dijadikan trademark Kota Malang sebagai kota pariwisata.“Saya rasa sangat prospektif, terbukti saat dilombakan banyak orang yang memesannya. Pemesannya rata-rata justru dari kalangan eksklusif yang biasanya memakai sebuah baju hanya tiga kali, sehingga butuh modifikasi yang unik,” tambah kelahiran Malang, 10 Oktober 1994 ini.Rasanya tak kaget bila jiwa kewirausahaan Masita begitu kuat, sebab sejak masuk di SMKN 3 dia juga memiliki kerja sampingan di rumah sebagai penjahit. Hasil dari jasa menjahit ia gunakan meringankan beban orang tuanya yang hanya tukang kayu untuk biaya sekolah. Kecuali itu, ia juga telah menjadi guru ngaji dan bimbingan belajar di kampungnya, Kromengan Gunung Kawi.Meski seabrek kegiatan mengisi hari-harinya, rupanya Masita tak lantas melalaikan tugasnya di sekolah. Sejak kelas X ia selalu mendapat juara I di kelas. Prestasi lain yang dimilikinya adalah menjadi ketua OSIS, juara II matematika tingkat propinsi dan duta lingkungan SMKN 3. (*)Bakat yang Dibalut PembinaanDiakui oleh Kepala SMKN 3 Aksihari, Masita memang siswa yang multi talenta. Kemampuan Masita tersebut lantas lebih dipoles melalui pembinaan di sekolah. Sistem pembinaan sekolah dimulai dari penjaringan kemampuan siswa dan dilanjutkan dengan pembinaan intensif.“Kami berharap prestasi ini bisa mengajak anak-anak lainnya untuk lebih terpacu melakukan kegiatan yang bermakna baik untuk kepribadian, kewirausahaan, ilmu pengetahuan dan karakter agar ketika lulus mereka sudah bisa mandiri,” urai Aksihari di sela Upacara Bendera, Senin (22/10).Ia menambahkan, prestasi ini sekaligus sebagai bukti bahwa SMK bisa. Sementara itu Ardiningsih, Kapro Busana menuturkan, para siswa busana memang dibekali yang cukup untuk meningkatkan kompetensinya.“Terlebih, trend mode cepat sekali berubah sehingga anak-anak harus smart menciptakan mode termasuk menggunakan bahan daur ulang. Kami telah memecahkan rekor muri untuk baju daur ulang dan ingin menjadikannya sebagai brand di sekolah ini, ” terangnya.Sebelum Masita, program keahlian busana juga telah menorehkan banyak prestasi. Salah satunya, sebulan lalu meraih juara II Lomba Desain Baju dengan Photoshop tingkat propinsi atas nama Kamaliatul Muchsinah.Tak hanya penyerahan penghargaan terhadap Masita, saat Upaca Bendera tersebut juga digelar pelantikan Ketua OSIS, dari Ketua OSIS lama, Masita kepada Ketua OSIS baru, Fahrobi Santoko. Serta diserahkan pula bantuan beasiswa Super Semar kepada lima siswa berprestasi. (*)



teks dan foto: sri kurnia mahiruni
sumber : di sini

Hari Raya Idul Adha 1433 H



Upacara Kesaktian Pancasila


SMKku Khitmat

Pagi itu, tepat pada 1 Oktober 2012 seluruh anak bangsa memperingati hari kesaktian pancasila.Udara nan sejuk dan lantunan kicauan burung kecil yang saling bersautan menemani keluarga besar sekolahku untuk khitmat dan khusuk dalam upacara Senin itu. Tak pandang pangkat atau punjabatan, semua larut dalam heningnya makna pancasila. Apakah pancasila hanya sebuah bacaan yang hanya wajib dibaca saat upacara berlangsung? Kami membatah dengan lantang :Tidak ! Karna pancasila adalah idiologi bangsa kami, pondasi bangsa kami dalam melangkah. Kami adalah generasi muda bangsa yang akan selalu menghargai, menjalankan, dan mengamalkan pancasila. Bukan kata pancasilalah yang kami hafalkan, namun makna pancasilalah yang akan kami hafalkan sebagai pedoman membangun negeri tercintaini. Mari mendalami pancasila, mari mencintai Indonesia.